Menganalisis Teks Cerita Sejarah Bahasa Indonesia
Sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dengan bahasa yang kita gunakan. Maka kita sebagai bangsa Indonesia harus dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Itu dikarenakan Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan sehari-hari. Kesempatan kali ini akan kakas gunakan untuk memberikan sedikit pengetahuan tentang soal dan jawaban mengenai teks cerita sejarah. semoga dapat membantu adiks-adiks :))
Mereka berkomplot dengan Belanda dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia. Jejak Perjuangan “Bandung Lautan Api” membawa kita menelusuri kembali berbagai kejadian di Bandung yang berpuncak pada suatu malam mencekam, saat penduduk melarikan diri, mengungsi, di tengah kobaran api dan tembakan musuh.
Sejarah Bandung Lautan Api Asal Usul - Sebuah kisah tentang harapan, keberanian dan kasih sayang. Sebuah cerita dari para pejuang kita. Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia.
Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk me¬nyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda.
Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan. Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”.
Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi kearah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk meninggalkan Kota Bandung.
Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Malam itu pembakaran kota berlangsung besar-besaran. Api menyala dari masing-masing rumah penduduk yang membakar tempat tinggal dan harta bendanya, kemudian makin lama menjadi gelombang api yang besar. Setelah tengah malam kota telah kosong dan hanya meninggalkan puing-puing rumah yang masih menyala.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat Indonesia. Selengkapnya mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api, anda bisa membaca buku; “Saya Pilih Mengungsi”, buku ini dapat anda dapatkan di sekretariat Bandung Heritage.
memilih contoh artikel atau tulisan yang termasuk dalam teks cerita sejarah bisa dari internet,buku,ataupun sumber lain.
contoh :
Sejarah Singkat Bandung Lautan Api | Berbagai kumpulan sejarah terlengkap di seluruh dunia.
Ditulis oleh: BENY EKO S.
Berbagai kumpulan sejarah terlengkap di seluruh dunia - Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan.
Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api.
Setelah ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang.
Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api.
Setelah ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang.
Baca juga : Menelusuri Jejak Imigran Jawa Di Suriname
Mereka berkomplot dengan Belanda dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia. Jejak Perjuangan “Bandung Lautan Api” membawa kita menelusuri kembali berbagai kejadian di Bandung yang berpuncak pada suatu malam mencekam, saat penduduk melarikan diri, mengungsi, di tengah kobaran api dan tembakan musuh.
Sejarah Bandung Lautan Api Asal Usul - Sebuah kisah tentang harapan, keberanian dan kasih sayang. Sebuah cerita dari para pejuang kita. Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia.
Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk me¬nyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda.
Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan. Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”.
Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi kearah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk meninggalkan Kota Bandung.
Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Malam itu pembakaran kota berlangsung besar-besaran. Api menyala dari masing-masing rumah penduduk yang membakar tempat tinggal dan harta bendanya, kemudian makin lama menjadi gelombang api yang besar. Setelah tengah malam kota telah kosong dan hanya meninggalkan puing-puing rumah yang masih menyala.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat Indonesia. Selengkapnya mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api, anda bisa membaca buku; “Saya Pilih Mengungsi”, buku ini dapat anda dapatkan di sekretariat Bandung Heritage.
sejarah Bandung Lautan Api
SUATU hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo-Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api.
Insiden Perobekan Bendera :
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda (tentara NICA) dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia.
Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.
Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Bandoeng Laoetan Api :
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut.
Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam 21.00 itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun berubah menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat Indonesia.
Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran itu. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar A.H Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris.
“Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air” (A.H Nasution, 1 Mei 1997)
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.
Insiden Perobekan Bendera :
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang. Mereka berkomplot dengan Belanda (tentara NICA) dan memperalat Jepang untuk menjajah kembali Indonesia.
Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera Indonesia. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh Moeljono.
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.
Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Bandoeng Laoetan Api :
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”. Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut.
Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam 21.00 itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun berubah menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat membakar daya juang rakyat Indonesia.
Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran itu. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar A.H Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris.
“Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air” (A.H Nasution, 1 Mei 1997)
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.
Sejarah Singkat Bandung Lautan Api diambil dari
http://berbagi-ilmu-terlengkap.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-singkat-bandung-lautan-api.html
HASIL ANALISIS :
Sejarah
Bandung Lautan Api
1.
Struktur Teks Cerita
No
|
Struktur
|
Peristiwa
|
1.
|
Orientasi
|
Suatu hari di Bulan
Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah
dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju
pegunungan di selatan.
Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo
Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali
ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan
harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela
mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk
melucuti tentara Jepang.
|
2.
|
Urutan peristiwa 1
|
Sebuah
kisah tentang harapan, keberanian dan kasih sayang. Sebuah cerita dari para
pejuang kita. Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta
diterima di Bandung melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17
Agustus 1945. Esoknya, 18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar.
Dicetak dengan tinta merah oleh Percetakan Siliwangi. Di Gedung DENIS, Jalan
Braga (sekarang Gedung Bank Jabar), terjadi insiden perobekan warna biru
bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan putih menjadi bendera
Indonesia.
|
3.
|
Urutan peristiwa 2
|
Perobekan dengan
bayonet tersebut dilakukan oleh seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang
Karmas, dibantu oleh Moeljono.Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan
Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh terbentuknya Laskar Wanita Indonesia
(LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri
dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan perbekalan.
|
4.
|
Urutan peristiwa 3
|
Peristiwa yang
memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi
serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung.
Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.
Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi
musibah. Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan
Belanda.
|
5.
|
Urutan peristiwa 4
|
Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris
membom daerah Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris
menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin
banyak berjatuhan. Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan
politik “bumihangus”.
|
6.
|
Urutan peritiwa 5
|
Rakyat
tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka mengungsi kearah
selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung
diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di
hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.Kolonel Abdul
Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah
tersebut dan memerintahkan untuk meninggalkan Kota Bandung.
|
7.
|
Urutan peristiwa 6
|
Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota. Malam
itu pembakaran kota berlangsung besar-besaran. Api menyala dari masing-masing
rumah penduduk yang membakar tempat tinggal dan harta bendanya, kemudian
makin lama menjadi gelombang api yang besar. Setelah tengah malam kota telah
kosong dan hanya meninggalkan puing-puing rumah yang masih menyala.
|
8.
|
Re-orientasi
|
Pembumihangusan
Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI dan
rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar.
Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar
Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu “Halo-Halo Bandung” yang bersemangat
membakar daya juang rakyat Indonesia. Bandung Lautan Api kemudian menjadi
istilah yang terkenal setelah peristiwa pembakaran itu. Banyak yang
bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum Jenderal Besar A.H
Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi
Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta,
untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung
setelah menerima ultimatum Inggris.
|
2. Nominalisasi
No
|
Kata Benda
|
Nominalisasi
|
1.
|
Kemerdekaan
|
Ke-merdeka-an (konfiks)
|
2.
|
Perjuangan
|
Per-juang-an (konfiks)
|
3.
|
Percetakan
|
Per-cetak-an (konfiks)
|
4.
|
Perobekan
|
Pe-robek-an ( konfiks)
|
5.
|
Penyelidikan
|
Pe-selidik-an (konfiks)
|
6.
|
Perbekalan
|
Per-bekal-an (konfiks)
|
7.
|
Pembakaran
|
Pe-bakar-an (konfiks)
|
8.
|
Pertemuan
|
Per-temu-an (konfiks)
|
9.
|
Tembakan
|
Tembak-an (sufiks)
|
10.
|
Lautan
|
Laut-an (sufiks)
|
11.
|
Pegunungan
|
Pe-gunung-an (konfiks)
|
12.
|
Harapan
|
Harap-an (sufiks)
|
13.
|
Keberanian
|
Ke-berani-an (konfiks)
|
14.
|
Pejuang
|
Pe-juang (prefiks)
|
15.
|
Pembacaan
|
Pe-baca-an (konfiks)
|
16.
|
Cetakan
|
Cetak-an (sufiks)
|
17.
|
Keamanan
|
Ke-aman-an (konfiks)
|
18.
|
Bagian
|
Bagi-an (sufiks)
|
19.
|
Kehilangan
|
Ke-hilang-an (konfiks)
|
20.
|
Keadaan
|
Ke-ada-an (konfiks)
|
21.
|
Serangan
|
Serang-an (sufiks)
|
22.
|
Ratusan
|
Ratus-an (sufiks)
|
23.
|
Keputusan
|
Ke-putus-an (konfiks)
|
24.
|
Persatuan
|
Per-satu-an (konfiks)
|
25.
|
Kekuatan
|
Ke-kuat-an (konfiks)
|
26.
|
Tindakan
|
Tindak-an (sufiks)
|
27.
|
Perlawanan
|
Per-lawan-an (konfiks)
|
28.
|
|
|
3. Frasa
a. Nomina
Nomina
|
|||
No
|
Modifikasi
|
Koordinatif
|
Apositif
|
1.
|
Suatu
hari
|
Rumah
dan harta benda
|
Kolonel
Abdul Haris Nasution, Komandan Divisi III
|
2.
|
Lautan
api
|
Harapan,
keberanian, dan kasih sayang
|
Pemuda
Indonesia, Endang Karmas
|
3.
|
Perjuangan
rakyat
|
Merah
dan putih
|
Jendral
besar, A.H. Nasution
|
4.
|
Tentara
Inggris
|
Penyelidikan
dan perbekalan
|
|
5.
|
Tentara
Jepang
|
Tekanan
dan serangan
|
|
6.
|
Sebuah
kisah
|
Pihak
Belanda dan pihak Inggris
|
|
7.
|
Tinta
merah
|
Kota
dan rakyat
|
|
8.
|
Bendera
Belanda
|
Kekuatan
TNI dan rakyat
|
|
9.
|
Bendera
Indonesia
|
|
|
10.
|
Pasukan
tempur
|
|
|
11.
|
Serangan
musuh
|
|
|
12.
|
Banjir
besar
|
|
|
13.
|
Tempat
tinggal
|
|
|
14.
|
Rombongan
besar
|
|
|
15.
|
Penduduk
Bandung
|
|
|
16.
|
Ultimatum
Inggris
|
|
|
b. Verba
Verba
|
|||
No
|
Modifikasi
|
Koordinatif
|
Apositif
|
1.
|
Untuk melambangkan
|
Meninggalkan
dan melahirkan
|
|
2.
|
Telah menjadi
|
Mengumumkan
dan memerintahkan
|
|
3.
|
Harus
dicapai
|
|
|
4.
|
Untuk
melucuti
|
|
|
5.
|
Telah
tersebar
|
|
|
6.
|
Yang
memperburuk
|
|
|
7.
|
Oleh
terbentuknya
|
|
|
8.
|
Untuk
menyerang
|
|
|
9.
|
Untuk
meninggalkan
|
|
|
10.
|
Hanya
meninggalkan
|
|
|
11.
|
Yang
berkekuatan
|
|
|
12.
|
Yang
bersemangat
|
|
|
13.
|
Yang
bertanya-tanya
|
|
|
14.
|
Akan
dilakukan
|
|
|
4. Konjungsi
temporal
No
|
Konjungsi temporal
|
Kalimat
|
1.
|
Setelah
|
Ir. Soekarno berorasi setelah pukul 10.00 WIB.
|
2.
|
Pada
|
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia mengalami
kemerdekaan.
|
3.
|
Kemudian
|
Joko memukul bola kasti kemudian ia berlari ke lapangan
sore itu.
|
4.
|
Selanjutnya
|
Hari Senin 4 November 2014 siswa SMA Negeri 1 Klaten
melakukan upacara bendera selanjutnya tanggal 5 November 2014 SMA Negeri 1
Klaten merayakan hari ulang tahunnya.
|
Komentar
Posting Komentar